Laman

Sabtu, 22 September 2012

Duhai Polisi-polisi Lalu Lintas Yang Selalu Mencurigai Saya

Saya menjadi ingin menulis ketika kemarin saya diberhentikan polisi lalu lintas yang berkumpul di pinggir jalan buat melakukan razia kendaraan bermotor. Saya diberhentikan saat berangkat kuliah dengan naik sepeda motor di daerah Pondok Kopi. Rumah saya di Bekasi Timur dan kampus saya ada di Rawamangun, jadi kalo berangkat lewat Pondok Kopi. Namanya mirip-mirip daerah rumah saya, Pondok Hijau. Entah kenapa akhir-akhir ini orang banyak menamai sebuah tempat dengan depannya "Pondok".

Ya, kemarin itu yang kedua kalinya saya diberhentikan di tempat yang sama, cuma selang sehari atau dua hari. Saya meliat dari kejauhan suasana hijau-hijau stabilo khas rompi Polantas. Mereka memberhentkan beberapa motor. Ketika saya sudah mendekati mereka, seorang Polantas memberhentikan saya seperti orang memberhentikan angkot, lambai-lambain tangan gitu. Ya sudah, di kepala saya tidak ada kepikiran buat kabur apalagi lari. Ya iya dong, kan lagi naik motor, masa lari? Saya menepi, otak saya berputar memikirkan apakah ada kesalahan yang dibuat oleh saya. Setelah saya pikir, ternyata saya tidak menerobos lampu merah, tidak juga wrong way, saya pakai helm yang cukup SNI walau tidak SNI-SNI banget (itu bonus waktu kredit motor Revo yg sekarang udah ditarik oleh tukang kreditnya), spion saya dua, plat nomor saya tidak basi. Eh, ternyata pak Polantas itu hanya menanyakan SIM dan STNK saya. Saya langsung memperlihatkannya dan saya dipersilakan melanjutkan perjalanan. Ternyata memang inilah prosedur razia kendaraan bermotor. Semua kendaraan diberhentikan satu persatu. Bukan masalah curiga atau syak wasangka Polantas kepada saya. Wassalam.

(Tulisan ini dibuat sekitar tahun 2009 atau 2010. Tak begitu ingat tepatnya)

Tidak ada komentar: