Laman

Jumat, 02 Desember 2011

Betapa Aku Mencintai Kamarku

Berantakan. Sungguh berantakan. Bersudut-sudut terhambur segala barang. Kasur yang tak pernah terrapikan. Sarang gonggo yang teronggok di sudut langit-langit. Aroma asam membekaskan keringatku semalam. Udara panas dengan tanpa mesin kipas apapun.

Semua tak kupedulikan. Malas rasanya merapikan. Malas rasanya membersihkan. Malas rasanya mewangikan.

Kemalasan ini perlahan menjadi rasa malu. Bukan pada orang tuaku, bukan pada adikku, bukan pada paman-bibiku, atau pada temanku yang sesekali berkunjung. Namun aku malu pada perasaanku yang sesungguhnya. Perasaanku yang tak sepadan dengan perbuatanku.

Suatu hal membuatku sadar. Ketika kamarku dipakai orang. Aku merasa sangat kehilangan.

Teringat saat aku di dalam sana. Menguarkan air mata saat pilu datang. Sambil mengunci pintu agar tak ada yang tahu. Atau ketika tertawa dan tersenyum sendiri ketika bahagia. Sambil mengunci pintu agar tak disangka orang gila. Atau ketika berkhayal menjadi apapun sambil mengeluarkan gerak gerik tertentu. Atau ketika sibuk sendiri mengerjakan tugas pendidikan. Dan yang terpenting, ketika aku memeluk gulingku dan terlelap sampai pagi menjelang.

Aku kehilangan momen-momen itu. Walaupun hanya untuk satu atau dua malam. Baru aku dapat disadarkan, betapa aku mencintai kamarku.

Bekasi, 02/12/11